blog kpi 1c

kpi 1c uin jakarta

Jumat, 22 November 2013

Cerpen Inspiratif


BERDAMAI DENGAN TAKDIR

“Apakah manusia dibiarkan untuk mendapatkan semua yang dia inginkan? Jika demikian, lantas apa yang ia sisakan dari kenikmatan surga?” Jika kita memiliki sebuah keinginan, lantas kita sudah mengerahkan seluruh usaha untuk mencapainya, namun ternyata Allah tak juga memperkenankan kitameraih impian tersebut, apakah lantas kita berhak untuk ‘mencaci’ Allah? Apakah itu kemudian membuat kita sah menyalahkan takdir?

Beberapa bulan lalu saya mengikuti Ujian Nasional. Setelah pengumuman ujian dan dinyatakan lulus saya dan seluruh siswa disekolah dianjurkan untuk mengikuti beberapa jalur tes seleksi untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Dan saya mengikuti beberapa dari jalur tes seleksi tersebut.

Saat mengikuti tes seleksi pertama, yaitu lewat jalur SNMPTN saya sangat mengharapkan agar bisa lulus dalam seleksi tersebut. Namun, takdir berkata lain. Saat pengumuman tiba, dengan berat hati saya melihat sebuah tulisan yang menyatakan saya tidak lulus dalam seleksi tersebut. Saya sangat kecewa dengan hasil tersebut. Walaupun saya mendapatkan peringkat ketiga dalam ujian sekolah, tetapi nilai saya tidak mencukupi untuk bisa lulus dalam seleksi tersebut. Karena semua sekolah yang berada di seluruh Indonesia ikut serta dalam jalur tersebut.

Setelah melihat pengumuman tersebut saya bingung harus lewat jalur apalagi untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Karena keinginan saya dan ibu saya agar tetap melanjutkan sekolah saya. Namun, salah seorang guru disekolah memberitahu saya kalau masih ada beberapa tes seleksi lagi untuk masuk PTN, yaitu lewat jalur SPMB-PTAIN. Dalam seleksi tersebut saya memilih perguruan tinggi yang ada di Jakarta dan Bandung. Dan saat pengumuman, saya dinyatakan lulus dan masuk perguruan tinggi yang berada di Bandung. Saya sangat senang karena saya bisa lulus dalam seleksi tersebut. Namun, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Walaupun saya diterima, namun kali ini saya tetap tidak bisa masuk dalam perguruan tinggi tersebut. Karena Ayah saya tidak mengizini saya untuk kuliah disana dengan alasan terlalu jauh dan kurang pengawasan karena kami tidak punya saudara disana. Padahal dengan jauh dari orangtua saya bisa belajar mandiri. Namun, apalah daya ucapan orangtua mungkin ada benarnya. Karena jika kurangnya pengawasan, mereka takut kalau saya bergaul dengan orang yang salah.

Ibu saya tetap menasehati saya untuk tetap tegar dalam menghadapi apapun. Dan dengan jalur yang terkhir ini yaitu lewat jalur SPMB-Mandiri, saya belajar berdamai dengan takdir. Saya berpasrah kepada Allah dan berusaha tegar dengan takdir apa yang akan diberikan-Nya nanti. Walau sekuat apapun kita berusaha dan berdo’a, jika memang menurut Allah itu bukanlah yang terbaik untuk kita. Toh, lebih baik kita tidak usaha mendapatkannya. Karena yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.

Dengan jalur yang terkhir ini saya berusaha sekuat kemampuan saya dan meminta do’a restu dari kedua orangtua saya, juga dengan berserah diri kepada Allah. Dan pada saat pengumuman tiba, betapa senangnya saya melihat nama saya berada dideretan nama-nama yang lulus pada seleksi tersebut.

Kegagalan bagi saya adalah sebuah perjalanan. Terserah apakah kita akan berhenti sebelum sampai ke tujuan atau kita melanjutkannya dengan berbagai beban konsekuensi dari perjalanan itu sendiri. Kegagalan membuat kita semakin mengimani takdir. Dan dengan kegagalan yang pernah kita alami, kita akan lebih berusaha untuk mencapainya dan berpasrah kepada Allah dengan segala ketentuan yang telah dikehendaki-Nya.

Macam-Macam ‘Urf
Ditinjau dari ruang lingkup berlakunya, ‘Urf terbagi menjadi dua macam:
1)      al-‘Urf al-‘Am (adat kebiasaan umum), yaitu adat kebiasaan yang berlaku untuk semua orang di semua negeri. Contohnya, kebiasaan menyewa kamar mandi umum dengan sewa tertentu tanpa menentukan secara pasti berapa lamanya mandi dan berapa kadar air yang digunakan, atau membayar bis kota dengan tidak mengadakan ijab qabul.
2)      Al-‘Urf al-Khas (adat kebiasaan khusus), yaitu adat istiadat yang berlaku pada masyarakat atau negeri tertentu. Misalnya, kebiasaan masyarakat Irak dalam menggunakan kata al-dabbah hanya kepada kuda, dan adat gono-gini di Jawa.

‘Urf ditinjau dari sisi kualitasnya (bisa diterima dan ditolaknya oleh syari’ah) ada dua macam ‘urf yaitu:
1)      ‘urf yang fasid atau ‘urf yang yang batal, yaitu ‘urf yang bertentangan dengan syari’ah atau sesuatu yang menjadi adat kebiasaan yang sampai menghalalkan yang diharamkan Allah. Misalnya, menyajikan minuman memabukkan pada upacara-upacara resmi, apalagi upacara keagamaan, mengadakan tarian-tarian wanita berpakaian seksi pada upacara yang dihadiri peserta laki-laki, serta menghalalkan makan riba.
2)      ‘urf yang shahih (benar) atau al-‘Adah Ashahihah, yaitu ‘urf yang tidak bertentangan dengan syari’ah atau suatu hal yang baik yang menjadi kebiasaan suatu masyarakat, namun tidak sampai menhalalkan yang haram dan tidak pula sebaliknya. Seperti memesan dibuatkan pakaian kepada penjahit.[1]

Disamping itu adat juga bisa berupa:
1)      Perkataan, seperti di Indonesia menyebut bapak kepada orang yang lebih tinggi, baik umurnya, jabatannya, atau ilmunya.
2)      Perbuatan, seperti cara berpakaian yang sopan dalam menghadiri pengajian-pengajian.


[1] Prof. H.A. Dzajuli, Ilmu Fiqh, (Jakarta:Kencana, 2005), edisi revisi, hlm.90.

Kamis, 21 November 2013


METODE-METODE SOSIOLOGI

Sosiologi mempunyai cara kerja atau metode (method) yang juga dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu:
1.      Metode Kualitatif
Metode ini mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Di dalam metode kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif yang keduanya dikombinasikan menjadi historis – komparatif.
Ø  Metode Historis menggunakan – analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Ø  Metode Komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya, untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya.
Ø  Metode Studi Kasus (case study) bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah-satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Alat-alat yang dipergunakan oleh metode studi kasus adalah misalnya wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires), dari daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), participant observer technique dan lain-lain.
Metode kualitatif tersebut dalam istilah bahasa Jerman dapat dinamakan sebagai metode berdasarkan verstehen (artinya pengertian).
2.      Metode Kuantitatif
Metode ini mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, tabel dan formula-formula yang semuanya itu sedikit banyaknya mempergunakan ilmu pasti atau matematika. Yang termasuk jenis metode kuantitatif adalah metode statistik yanng bertujuan menelaah gejala-gejala sosial secara matematis.
Ø  Teknik Sociometry berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif. Sociometry mempergunakan skala-skala dengan angka-angka untuk mempelajari hubungan-hubungan antar manusia dalam masyarakat. Jadi sociometry adalah himpunan konsep-konsep dan metode-metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti hubungan-hubungan antar manusia dalam masyarakat secara kuantitatif.

Di samping metode-metode di atas, metode-metode sosiologi lainnya didasarkan pada penjenisan antara:
1.      Metode induktif yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas, dan
2.      Metode deduktif yang mempergunakan proses sebaliknyayaitu mulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.

Pada hakikatnya berbeda adalah penggolongan metode-metode sosiologi ke dalam jenis:
1.      Metode empiris yang menyandarkan diri pada keadaan-keadaan yang dengan nyata didapat dalam masyarakat , dan jenis
2.      Metode rationalistis yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan fikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.

Sosiologi juga sering mempergunakan metode fungsionalisme. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa metode fungsionalisme bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat.

Definisi Sosiologi Menurut Para Ahli

1.      Auguste Comte (1798-1857)
a.       Ia mengatakan bahwa ilmu sosiologi harus didasarkan pada pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis secara sistematis. Objek yang dikaji pun harus berupa fakta.
b.      Ia mengatakan, bahwa dalam menjelaskan gejala alam dan gejala social, manusia akan melewati tiga jenjang berikut ini.
1)      Jenjang Teologi
2)      Jenjang Metafisika
3)      Jenjang Positif
Dalam pandangannya, sosiologi merupakan ilmu yang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam yang mendahuluinya.
2.      Karl Marx (1818-1883)
Menurutnya, sosiologi adalah suatu masyarakat dimana mula-mula orang akan mendekati citra ideal marx tentang produktivitas, dimana produktivitas manusia bersifat damiyah, yang memungkinkan manusia mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang manusia miliki.
Marx mengembangkan konsep sejarah pejuangan kelas, yaitu lahir nya kelompok borjuis (kelompok yang menguasai alat-alat produksi) dan kelas proletar (kelompok rakyat jelata yang tidak memiliki alat-alat produksi). Menurut Marx, kelompok proletar akan memberontak melawan kelompok borjuis, kemudian melahirkan sesuatu masyarakat tanpa kelas.
3.      Herbet Spencer (1820-1903)
Menurut Spencer, objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian social, dan industri. Termasuk pula asosiasi masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.
4.      Emile Durkheim (1858-1917)
Menurut Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial. Dalam buku Rules of Sociological Method (1965), Durkheim berpendapat bahwa bidang yang harus dipelajari sosiologi ialah fakta sosial, yaitu fakta yang berisikan cara bertindak, berpikir dan merasakan yang mengendalikan individu tersebut.
5.      Max Weber (1864-1920)
Menurut Max Weber, sosiologi sebagai ilmu berusaha memberikan pengertian adalah tentang aksi-aksi sosial, yaitu pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi sosial.
Sumbangan Weber yang tidak kalah pentingnya ialah kajiannya mengenai konsep dasar sosiologi (Weber, 1964). Dalam uraian ini, Weber menyebbutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya memahami ‘tindakan sosial’.
6.      Pemikiran Mead
Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind Self and Society (1972), Mead menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia. Menurut Mead, pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap, yaitu tahap paly stage, tahap game stage, dan tahap generalized other.
7.      William F. ogburn dan Meyer F. Nimkoff  berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
8.      J.A.A. van Doorn dan C. J. Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
9.      Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
10.  Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Perbandingan antar definisi

Menurut Auguste Comte kajian sosiologi adalah kajian ilmiah, dan objek yang dikaji berupa fakta. Jadi, harus didasarkan pada pengamatan, eksperimen, dan metode historis secara sistematis. Menurut Herbet Spencer objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industry. Menurut Emile Durkheim bidang yang harus dipelajari sosiologi adalah fakta sosial.
Menurut Roucek dan Warren ilmu sosiologi mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi  ilmu sosiologi mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial. Dan menurut J.A.A. van Doorn dan C. J. Lammers sosiologi adalah penelitian secara ilmiah.

Sumber :  Teori Sosiologi Modern
                 Pengantar Sosiologi
                 Sosiologi Suatu Pengantar